Thursday, October 8, 2009

Sajak Sebatang Lisong



Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka

Matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat lapan juta kanak–kanak
tanpa pendidikan

Aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membenturi meja kekuasaan yang macet
dan papantulis–papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan

Delapan juta kanak–kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayang ujungnya
……………………..

Menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana – sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita-wanita bunting
antri wang pensiunan

Dan di langit
para teknokrat berkata :

Bangsa kita adalah bangsa yang malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimport

Gunung–gunung menjulang
langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
protes terpendam
terhimpit di bawah tilam

Aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat para penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidak adilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak – kanak tanpa pendidikan
termangu–mangu di kaki dewi kesenian

Bunga–bunga bangsa tahun depan
berkunang–kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
berjuta–juta harapan ibu dan bapa
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samudra
……………………………

Kita mesti berhenti membeli rumus–rumus asing
diktat – diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa – desa
menghayati sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata

Sajakku
pamplet masa darurat
apalah ertinya renda-renda kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apalah ertinya berfikir
bila terpisah dari masalah kehidupan

Kepadamu
aku bertanya!

RENDRA
(ITB Bandung – 19 Agustus 1978)

No comments: